Asam urat seringkali datang sebagai kejutan yang menyakitkan, menyerang sendi (terutama jempol kaki) secara mendadak dan melumpuhkan. Namun, kondisi ini sebetulnya tidak muncul dalam semalam. Jauh sebelum serangan nyeri hebat (gout attack) terjadi, tubuh telah mengirimkan sinyal bahaya, dan kadar asam urat dalam darah sudah tinggi (hiperurisemia) selama bertahun-tahun. Memahami dan mewaspadai Penyebab Asam Urat yang mendasari dan faktor risiko tersembunyi adalah langkah krusial untuk mencegah penderitaan akut dan kerusakan sendi permanen.
Faktor utama Penyebab Asam Urat terletak pada gangguan metabolisme purin, yang dapat diperparah oleh berbagai kondisi medis yang mungkin tidak disadari. Salah satu kondisi paling umum yang menjadi prekursor asam urat adalah Resistensi Insulin dan Sindrom Metabolik. Ketika sel-sel tubuh menjadi resisten terhadap insulin (sering terjadi pada penderita pradiabetes atau diabetes tipe 2), ginjal secara bersamaan cenderung menahan asam urat daripada membuangnya. Oleh karena itu, bagi individu dengan riwayat obesitas, tekanan darah tinggi, atau gula darah tinggi, risiko hiperurisemia mereka secara otomatis meningkat drastis. Berdasarkan data Klinik Endokrinologi di sebuah rumah sakit rujukan, 70% pasien yang didiagnosis asam urat akut pada 15 November 2025 sebelumnya telah memiliki minimal 2 komponen Sindrom Metabolik.
Selain kondisi metabolik, Penyebab Asam Urat juga melibatkan faktor genetik dan obat-obatan. Riwayat keluarga yang menderita asam urat meningkatkan risiko Anda secara signifikan, meskipun gaya hidup sehat tetap dapat menunda atau mencegah gejalanya. Selain itu, beberapa obat yang diresepkan untuk kondisi lain dapat secara tidak sengaja meningkatkan kadar asam urat. Contohnya adalah diuretik jenis tertentu yang digunakan untuk hipertensi, atau obat aspirin dosis rendah. Pasien yang menerima terapi rutin ini harus diwajibkan oleh dokter untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap, termasuk kadar asam urat, setiap 6 bulan sekali.
Pencegahan dini hiperurisemia berfokus pada perubahan gaya hidup dan pemantauan teratur. Perhimpunan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) menyarankan individu berisiko untuk membatasi konsumsi fruktosa, yang ditemukan dalam minuman manis dan makanan olahan, karena proses metabolisme fruktosa secara langsung menghasilkan purin. Disiplin dalam menjaga berat badan ideal, menghindari alkohol, dan memastikan hidrasi yang cukup (minum air 2−3 liter per hari) adalah benteng utama. Dengan proaktif memantau kadar asam urat melalui tes darah tahunan, kita dapat mengidentifikasi masalah jauh sebelum nyeri hebat asam urat menyerang.