Mengungkap Kisah di Balik Julukan Persik: Mengapa Disebut Buah Dewa?

Buah persik, dengan kulitnya yang lembut dan dagingnya yang manis serta berair, telah lama dikagumi oleh berbagai budaya di seluruh dunia. Namun, tahukah Anda mengapa buah yang lezat ini seringkali dijuluki sebagai “buah dewa“? Julukan ini ternyata berakar kuat dalam sejarah dan mitologi, terutama di kawasan Asia Timur.

Sejarah mencatat bahwa persik pertama kali dibudidayakan di Tiongkok ribuan tahun yang lalu. Dalam budaya Tiongkok kuno, persik memiliki makna simbolis yang mendalam. Pohon persik dipercaya sebagai pohon kehidupan dan keabadian. Buahnya dianggap sebagai simbol kehidupan yang panjang, kesehatan yang baik, dan kemakmuran.

Dalam mitologi Tiongkok, terdapat kisah tentang “Persik Keabadian” yang tumbuh di kebun milik Xi Wangmu, Ratu Ibu dari Barat, seorang dewi yang sangat dihormati. Konon, buah persik dari kebun Xi Wangmu hanya berbuah setiap tiga ribu tahun sekali, dan siapa pun yang memakannya akan memperoleh kehidupan abadi. Kisah inilah yang menjadi salah satu alasan utama mengapa persik kemudian diasosiasikan dengan para dewa dan keabadian.

Selain Tiongkok, pengaruh budaya persik juga menyebar ke Jepang dan Korea. Di Jepang, persik juga dianggap sebagai buah yang suci dan memiliki kekuatan untuk mengusir roh jahat. Dalam cerita rakyat Jepang, persik seringkali muncul sebagai simbol perlindungan dan keberuntungan.

Di Korea, persik juga memiliki konotasi positif terkait dengan kemakmuran dan umur panjang. Penggambaran persik sering ditemukan dalam seni tradisional dan cerita rakyat Korea.

Dengan demikian, julukan “buah dewa” yang melekat pada persik bukanlah sekadar metafora. Julukan ini merupakan warisan dari kepercayaan kuno dan mitologi yang berkembang di Asia Timur, di mana buah ini dianggap memiliki kekuatan magis, simbol keabadian, dan berkah dari para dewa. Sejarah panjang persik dan makna simbolisnya inilah yang menjadikannya istimewa dan terus dihargai hingga kini.

Penggambaran buah persik dalam seni dan sastra kuno juga semakin mengukuhkan statusnya sebagai buah yang istimewa. Seringkali persik dilukis atau dituliskan sebagai simbol harapan akan kehidupan yang sejahtera dan panjang, menjadikannya lebih dari sekadar buah biasa di mata masyarakat kala itu.